BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Ilmu Badi'
Dalam
kitab Jauhar Maknun karangan Imam Akhdhori ilmu Badi' yaitu :
علم يعرف به
وجوه تحسين الكلام بعد رعاية المطابقة و وضوح الذّلالة
Yaitu
ilmu untuk mengetahui cara membentuk kalam yang baik sesudah memelihara
muthobaqoh dan kejelasan dalalahnya.
علم به وجوه
تحسين الكلام # تعرف بعد رعي سابق العوام
ثمّ وجوه حسنه
ضربان # بحسب الألفاظ والمعانى
Ilmu untuk mengetahui cara-cara membentuk kalam yang baik
sesudah memelihara tujuan yang lalu (muthabaqoh dan wuduhud-dalalah). Kemudian
cara membentuk kalam yang baik itu ada dua macam, yaitu dengan memperhatikan
lafadzh dan maknanya.
Penegrtian tersebut tidak jauh berbeda dengan yang
dijelaskan dalam buku Ilmu Balaghoh karangan K.H Wahab Muhsin dimana ilmu Badi'
secara bahasa adalah wazan فعيل dari بدع yang searti dengan isim maf'ulnya, yakni sesuatu yang dibuat
tanpa didahului oleh contoh. Sedangkan menurut istilah
علم يعرف به وجوه تحسين الكلام
المطابق لمقتضى الحال
Yaitu
ilmu untuk mengetahui cara memperindah kalam yang telah sesuai dengan tuntutan
keadaan (muthabaqoh limuqtadhol hal).
Senada
dengan penjelasan diatas, Dr.Yayaan Nurbayan dalam bukunya Pengantar Ilmu
Balaghoh hal 149, menjelaskan bahwa salah satu dari tiga aspek yang menjadi
kajian ilmu balaghoh adalah badi'. Objek kajian ilmu ini yaituupaya memeprindah
bahasa baik pada tataran lafal maupun makna. Pada tataran lafal biasa disebut
muhassinat lafzhiyyah, dan pada tataran makna disebutmuhassinat maknawiyah.
Badi'
menurut pengertian leksikal adalah suatu ciptaan baru yang tidak ada contoh
sebelumnya. Sedangkan secara terminologi adalah :
علم يعرف به الوجوه والمزايا التى
تزيد الكلام حسنا وطلاوة ونكسوه بهاء ورونقا بعد مطابقته لمقتضى الحال ووضوح
دلالته على المراد
Yaitu
suatu ilmu yang dengannya diketahui segi-segi (metode dan cara-cara yang ditetapkan
untuk menghiasi kalimat dan memperindahnya) dan keistimewaan-keistimewaan yang
dapat membuat kalimat semakin indah, bagus dan menghiasinya dengan kebaikan dan
keindahan setelah kalimat tersebut sesuai dengan situasi dan
kondisi dan telah jelas makna yang dikehendaki (al-Hasyimi:1994, hlm.177)
Peletak
dasar ilmu Badi' adalah Abdullah Ibn Al-Mu'taz (W.274 H). Kemudian ilmu ini
dikembangkan oleh Imam Qatadah Bin Ja'far Al-Khatib. Setelah itu diikuti oleh
ulama-ulama lainnya seperti Abu Hilal Al-Askari, Ibnu Rusyaiq al-Qairawani
(Kairawan), Shafiyuddin al-Hili, dan Ibnu Al-Hijjah.
Hifny bik nashif dalam bukunya” كتاب
قواعد اللغة العربية
“ memberikan defenisi mengenai ilmu badi’ dengan:
علم يعرف به وجوه تحسين الاكلا م المطأ
بق لمقتضي الحا ل وهذه الوجوه ترجع الي تحسين المعني و يسمي با لمحسنا
ت المعنوية وما يرجع منها الي تحسين اللفظ يسمي با لمحسنا ت اللفظية
Ilmu badi’ adalah ilmu untuk mengetahui aspek-aspek keindahan sebuah
kalimat yang sesuai dengan keadaaan,jika aspek-aspek keindahan itu berada pada
makna,maka dinamakan dengan muhassinaat al-maknawiyah. Dan bila aspek keindahan
itu ada pada lafadz, maka dinamakan dengan muhassinaat al-lafdziyah’. (www.google.com)
B.
Pembagian Pembahasan Ilmu Badi'
Ilmu Badi' meninitikberatkan pembahasannya
dalam segi-segio keindahan kata baik secara lafal maupaun makna (Nurbayan,
2007: 150).
Secara garis besar pembahasan Badi'
dibagi menjadi dua bagian yaitu :
1.
محسّنات اللّفظية (keindahan-keindahan lafadz)
2.
محسّنات المعنويّة (keindahan-keindahan makna)
Adapun yang menackup pada pembahasan محسّنات اللّفظية ada tiga macam
1)
الجناس
2)
الإقتباس
3)
الشجع . dalam kitab Jauhar Maknun dijelaskan bahea Syaja'
Dalam buku Ilmu Pengantar Balaghoh dijelaskan bahwa pembahasan محسّنات المعنويّة yaitu :
1)
Tauriyah التورية
a.
Tauriyah Mujarodah
b.
Tauriyah Murasyahah
c.
Tauriyah Mubayyanah
d.
Tauriyah Muhayyanah
2)
Musyakalah المشاكلة
3)
Istikhdam إستخدام
4)
Muqobalah
5)
Ta'kid Al-Madh bima yusbih Al-Dzamm
6)
I'tilaf al-lafzhi ma'a al-ma'na
7)
Al-jam'u wa al-tafriq
8)
Husn at-ta'lil
9)
Istihrad dan iththirad
10) Taujih
11) Thibaq
12) Thayy dan nasyr
13) Mubalaghoh
C.
Muhassinat Al-lafzhiyah
Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa محسّنات اللّفظية yaitu keindahan-keindahan lafazh, dengan kata lain seperti yang
dijelaskan dalam kitab Ilmu Balaghoh (Muhsin, 2002: 115) dijelaskan bahwa محسّنات اللّفظية yaitu cara memperindah kalam yang menitikberatkan pada
memperindah lafazh.
Dalam
pemabagian pembahasannya, محسّنات اللّفظية diabagi
pada tiga pokok bahasan, seperti yang dijelaskan dalam kitab Albalaghotu
Alwadhihah, tiga pokok bahasan tersebut yaitu :
1.
الجناس yaitu kemiripan pengungkapan dua lafazh yang berbeda
makna.
Dalam Juahr Maknun
dijelaskan
منه الجناس وهو ذو تمام
# مع اتحاد الحرف والنّظام
ومتماثلا دعى إن ائتلف
# نوعا ومستوفى اذاالنّوع اختلف
لن يعرف الواحد إلا واحدا# فاخرج عن الكون تكن مشاهدا
Dari sebagian Badi'
lafzhi ialah badi' Jinas, yaitu sempurna serta sama huruf dan susunannya.
Disebut : mutamassil kalu sama macamnya dan disebut : mustaufi kalau berbeda.
Seperti : tidak akan mengetahui orang yang menyendiri kecuali kepada Dzat Yang
Esa dan keluarlah kamu dari keadaan makhluk tentu kamu bermusyahadah
الجناس هو أن يتشا به اللفظان في النطق
ويختلفا في المعني والجناس نوعان جناس تام هو ما اتفق فيه
اللفظان في عدد الحروف ونوعها و في شكلها وترتيبها
- وغير تام هو ما اختلف فيه اللفظان في واحد من الآمور
الاربعة المتقدمة
Jinas adalah dua lafadz yang mempunyai
persamaan dalam pengucapan, sedang artinya berbeda. Jinas terbagi dua; jinas
tam ( جناس تام)
yaitu jika dua lafadz tersebut ghairu tam ( جناس
غير تام ) yaitu apabila di dalam dua lafadz
tersebut memiliki perbedaan salah satu dari yang empat’.
Para ahli ilmu badi’ mengemukakan, bahwa
gaya bahasa jinas ini dapat meningkatkan keindahan uslub, serta mempercantik
ritmenya. Namun yang perlu di ketahui bahwa kelebihan tersebut baru akan
terwujud apabila gaya bahasa jinas terjadi secara alami dan tidak di buat-buat.
2.
الإقتباس . dalam Jauhr Maknun
dijelaskan bahwa iqtibas yaitu
تضمين الكلام نثرا أونظما شيئا من القرآن والحديث لا أنّه
منه......
Yaitu kalam dengan natsar
atau nazhom yang menyimpan sesuatu dari Alquran
Iqtibas ialah mengutip sesuatu dari Al-Quran atau hadis, lalu disertakan
ke dalam suatu kalimat prosa atau syair tanpa dijelaskan bahwa kalimat yang
dikutip itu dari Al-Quran atau hadis.
Contoh
iqtibas:
Abul
Mu-min Al-Ashfahani berkata:
لا
تَغُرَّنَّكَ مِنَ الظَّلَمَةِ كَثرَةُ الجُيُوشِ وَالأَنصَارِِ، إِنَّمَا
يُؤَخِرُهُم لِيَومٍِ تَشخَصُ فِيهِ الآَبصَارُ.
Jangan
sekali-kali kamu terbujuk oleh banyaknya pasukan dan pembantu orang-orang
penganiaya. Sesungguhnya kami menangguhkan mereka sampai suatu hari yang pada
waktu itu mata (mereka) terbelak (Qs. Ibrahim 42).
3.
الشجع . dalam Jauhr Maknun dijelsakan bahwa Syaja' yaitu
توافق الفاصلتين من النثر على حرف واحد
Bersamaan
dua fashilah (kalimat akhir) dari natsar dengan satu huruf
Saja’
adalah: cocoknya huruf akhir dua fashilah atau lebih. Sajak yang paling baik
ialah yang bagian-bagian kalimatnya seimbang.
Contoh
saja’:
اَللَّهمَّ
أَعطِ مُنفِقًَاخَلَفًا وَاَعطِ مُمسِكًاتَلَفًا
Ya
Allah berilah pengganti bagi orang yang berinfak dan berilah kerusakan kepada
orang yang tidak mau berinfak.
Pada
contoh diatas kita dapatkan dua bagian kalimat yang huruf akhirnya sama.
Kalimat yang demikian disebut dengan saja’. Sedangkan kata yang terakhir dari
setiap bagian kalimat disebut fashilah.
D.
Muhassinat Al-Ma'nawiyah
Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa محسّنات المعنوية yaitu keindahan-keindahan makna, dengan kata lain seperti yang
dijelaskan dalam kitab Ilmu Balaghoh (Muhsin, 2002: 115) dijelaskan bahwa محسّنات المعنوية yaitu cara memperindah kalam yang menitikberatkan pada
memperindah makna.
Dalam
pemabagian pembahasannya, محسّنات المعنوية diabagi
pada beberapa pokok bahasan, seperti yang dijelaskan Dr. Yayan Nurbayan M.Ag dalam buku pengantar
Ilmu Balaghoh , pokok-pokok bahasan tersebut yaitu :
1.
Tauriyah التورية
Secara leksikal Tauriyah yaitu bermakana tertutup
atau tersembunyi. Sedangkan secara terminolgis tauriyah yaitu :
أن يذكر المتكلم لفظا مفراداله معنيان, أحدهما قريب ظاهر
غير مراد, والأخر بعيد خفي هو المراد بقرينة, ولكنّه ورى عنه بالمعنى القريب,
فيتوهم السامع لأول وهلة أنه مراد وليس ذلك.
Seseorang yang berbicara menyebutkan lafazh yang tunggal,
yang mempunyai dua macam arti. Yang pertama arti yang dekat dan jelas, tetapi
tidak dimaksudkan, dan yang lain makna yang jauh dan samar, tetapi yang
dimaksudkan dengan ada tanda-tanda, namun orang yang berbicara tadi menutupinya
dengan makna yang dekat. Dengan demikian pendengar menjadi salah sangka sejak
semulanya bahwa makna yang dekat itulah yang dikehendaki, padahal tidak.
Pengertian tauriyah
berdasarkan pengertian diataas yaitu penyebutan suatu kata yang bersifat
polisemi, yaitu jenis kata yang mempunyai makna kembar. Makna pertama adalah
makna yang dekat dan jelas, namun makna itu tidak dimaksudkan, sedangkan makna kedua
adalah makna yang jauh dan samar, namun makna itulah yang dimaksudkan.
a.
Tauriyah Mujarodah
Yaitu
tauriyah yang tidak dibarengi dengan sesuatu yang sesuai dengan dua macam arti,
seperti jawaban nabi Ibrahim as ketika ditanya oleh Tuhan tentang istrinya. Ia
mengatakan هذه أختى ini saudaraku (seagama). Nabi Ibrahim as memaksudkan kata أختى adalah saudar seagama.
b.
Tauriyah Murasyahah
Yaitu
suatu tauriyah yang setelahnya dibarengi ungkapan yang sesuai dengan makna yang
dekat. Tauriyah ini dinamakan murasyahah karena ia menyertakan ungkpan yang
sesuai dengna makna dekat sehingga penutupan menjadi lebih kuat.
c.
Tauriyah Mubayyanah
Yaitu
salah satu jenis tauriyah yang disebutkan padanya ungkapan yang sesuai untuk
makna yang jauh. Dinamakan mubayyanah karena ungkpan tersebut dimunculkan untuk
menjelaskan makna yang ditutupinya.
d.
Tauriyah Muhayyanah
Yaitu
tauriyah yang tidak terwujud kecuali dengan lafazh sebelum atau
sesudahnya. Tauriyah muhayyanah sendiri
terbagi menjadi dua :
a)
Sesuatu yang dipersiapkan dengan lafazh yang terletak sebelumnya
b)
Sesuatu yang dipersiapkan dengan lafazh yang terletak sesudahnya
2.
Musyakalah المشاكلة. Yaitu merupakan bentuk mashdar dari kata شاكل. Secara leksikal kata tersebut bermakna
saling membentuk. Salah satu makna terminologisnya dikemukakan oleh Ahmad
al-Hasyimi dalam kitabnya Jawahirul Balaghoh sebaga berikut :
المشاكلة هي أن يذكر الشيئ بلفظ غيره لوقوعه في صحبته كقوله
تعالى تعلم ما في نفسى ولاأعلم مافي نفسك : ولا أعلم ماعندك
Menuturkan suatu ungkapan
bersamaan dengan ungkpan lain, yang kedudukannya berfungsi sebagai, pengimbang,
seperti firman Allah Ta'ala: " Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku,
akan tetapi aku tidak mengetahui sesuatu yang ada pada diriMu, sesuatu yang
ada pada diriMu disini maksudnya adalah sesuatu yang ada pada sisiMu
3.
Istikhdam إستخدام. Yaitu :
ذكر اللفظ بمعنى وإعادة ضمير أو اسم إشارة بمعنى أخر
Menyebutkan
suatu lafazh yang mempunyai makna dua, sedangkan yang dikehendaki adalah salah
satunya. Setelah itu diulangi oleh kata ganti dhamir yang kembali kepadanya
atau denagn isim isyaroh dengan makna yang lain, atau diulangi dengan dua isim
dhamir, sedangkan yang dikehendaki oleh dhamir yang kedua bukan yang
dikehendaki oleh dhamir yang pertama.
4.
Muqobalah المقابلة. Yaitu
:
أن يؤتى بمعنين متوافقين أو أكثر ثمّ يؤتى بما يقابل ذلك
على الترتيب
Muqobalah adalah menegmukakan dua makna yang
sesuai atau lebih kemudian mengemukakan perbandingannya secara tertib.
5.
Ta'kid Al-Madh bima yusbih Al-Dzamm تأكيد المدح بما يشبه الذم. bagian ini terbagi pada dua bentuk :
a)
Menafyikan suatu sifat
tercela setelah mendatangkan sifat terpuji
b)
Menetapkan sifat pujian
kemudian diikuti oleh istisnadan sifat pujian lainnya.
6.
I'tilaf al-lafzhi ma'a al-ma'na إعتلاف اللفظ مع المعنى. Salah satu definisinya yaitu :
الجميع بين متناسبين لفظا ومعنى وتسمى بالتناسب والتوافق
والأتلاف
Menghimpun dua perkataan yang saling terkait baik lafalnya maupun maknanya.
Istilah ini dinamai juga dengan istilah tanasub (terkaitan), tawaquf
(kesesuaian), dan i'tilaf (adanya pertalian).
7.
Al-jam'u wa al-tafriq الجمع و التفريق.
Aljam'u yaitu :
أن يجمع المتكلم بين متعدد تحت حكم واحد
Seorang mutakallim menghimpun bebrapa lafazh dibawah satu hukum
Adapun makna Tafriq yaitu :
هو أن يعمد المتكلم إلى شيئين من نوع واحد فيوقع بينهما
تباينا وتفريقا بذكر ما يفيد معنى زائدا فيما هو بصدده من مدح أو ذم أو نسيب أو
غير ذلك من الأغراض.
Seorang mutakalim sengaja menyebut dua hal sejenis, kemudian dia
mengungkpakna perbedaan dan pemisahan diantara keduanya. Pengungkapan penjelas
ini bertujuan untuk memuji,
mencela, menisbatkan, dan tujuan-tujuan lainnya.
8.
Husn at-ta'lil حسن التعليل
حسن التعليل أن ينكر الأديب صراحة أو ضمنا علة شيئ
المعروفة, ويأتى بعلة أديبة طريفة تناسب الغرض الذى يرمى إليه
Husn
al-Ta'lil adalah seorang sastrawan, ia mengingkari secara terang-terangan
ataupun tersembunyi terhadap alasan yang diketahui umum bagi suatu peristiwa,
dan sehubungan dengan ituia mendatangkan alasan lain yang bernilai sastra dan
lembut yang sesuai dengna tujuan yang ingin dicapainya.
9.
Istihrad dan iththirad yaitu susunan syi'ir atau kalimat yang mempunyai
tujuan awal, tetapi pada pertengahan baris atau kalimat tersebut, si penyair
membahas atau membicarakan hal lain yang menyimpang dari tujuan awalnya,
kemudian ia kembali ketujuan semula.
10. Taujih atau Ilham yaitu
هو أن يؤتى بكلام يحتمل معنيين متضادين على السّواء كهجاء
ومديح ليبلغ القائل غرضه بما لا يمسك عليه
Yaitu mendatangkan
kalimat yang memungkinkan dua makna yang berlawanan secara seimbang, seperti
mengejek, memuji, agar orang yang mengucapkan dapt mencapai tujuannya, yaitu
tidak memaksudkan pada salah satunya secara eksplisit.
11. Thibaq yaitu :
الجمع بين لفظين مقابلين في المعنى وبسمى بالمطابقة
وبالتّضاد
Berhimpunnya dua kata dalam suatu kalimat yang
masing-masing kata tersebut saling berlawanan dari segi maknanya ( Ali Al-Jarim dan Musthafa Ustman, 403)
12. Thayy dan nasyr yaitu :
أن يذكر متعددة ثمّ يذكر مالكل من افراده شائعا من غير
تعيين اعتمادا على تصرف السامع في تمييز ما لكل واحد منها ورده إلى ماهو له
Yaitu menyebutkan bebrapa makna kemudian menuturkan makna untuk
masing-masing satuannya secara umum dengan tanpa menentukan, karena bersandar
kepada upaya pendengar dalam membedakan makna untuk masing-masing dari padanya
dan mengembalikan yang untuk semestinya.
13. Mubalaghoh yaitu
المبالغة وصف يدعى بلوغه قدرايرىممتنعا أو نائبا وهو على
أنحاء تبليغ أو إغراق أو غلة جاء
Yaitu ekspresi ungkapan
yang mengabarkan sesuatu hal secar berlebihan yang tidak mungkin (tidak sesuai
denga kenyataan). Badi jenis ini ada tiga macam yaitu :
a)
Tabligh
b)
Ighroq
c) Ghuluw
Dalam
Kitab Ilmu Balaghoh karanagn K.H Wahab Muhsin dijelaskan bahwa pokok bahasan محسّنات المعنوية yaitu :
1.
التورية At-tauriyah yaitu :
أن يذكر المتكلم لفظا مفرادا له معنايين, قريب غير مراد
وبعيد خفي وهو المراد
Bahwasannya
mutakallim menyebutkan satu lafadz yang mempunyai dua makna, makna yang dekat
tidak dimaksud dan makna jauh yang samar yang dimaksud.
2.
الطّباق Athibaq yaitu :
الجمع بين الشيئ وضدّه في الكلام
Menyebutkan
dua makna yang berlawanan didalam kalam
a)
Thibaq Ijab
b)
Thibaq Salab
3.
المقابلة Almuqobalah yaitu :
أن يئتى بمعنين أو أكثر ثم يؤتى بما يقابل ذلك على الترتيب
Mendatangkan dua pengertian atau lebih, kemudia
didatangkan pengertian lain yang membandingi pengertian pertama
4.
مراعة النّظير
Muro'atu Anadzir yaitu :
الجمع بين أمرين أو أمور مناسبة لا علي حهة التضاد
Menyebutkan
dua hal atau lebih yang diantara keduanya terdapat munasabah tetapi tidak
berlawanan
5.
الإستخدام Al-Istikhdam yaitu :
ذكر لفظ مشترك بين معنين يراد به إحدهما وبعاد عليه ضمير
بمعنى الأخر
Menyebutkan
dua lafazh yang mempunyai dua makna yang dengan lafazh tersebut dimaksudkan
salah maknanya kemudian dikembalikan pada lafadz tersebut dlomir dengan makna
lain
6.
الجمع Aljam'u yaitu :
أن يجمع
المتكلم بين المتعدد تحت حكم واحد
Bahwasannya mutakallim mengumpulkan beberapa hal
pada satu hukum
7.
التفريق At-Tafriq, yaitu :
أن يفرّق بين
أمرين من نوع واحد في اختلاف حكمها
Membedakan dua hal yang sejenis karena berbeda
hukumnya
8.
التقسيم At-Taqsim, yakni dibagi pada tiga pembahasan :
a)
Menyebutkan semua bagian dari suatu hal secara
lengkap
b)
Menyebutkan bberapa hal yang mempunyai hukum
kemudian menetapkan hukum-hukum itu kepada masing-masing
c)
Menyebutkan keadaan suatu hal kemudian dihubungkan
kepada suatu ynag layak bagi hal tersebut.
9.
تأكيد الذمّ بما يشبه المدح Ta'kidul adzammi bima yusybihu almadhi
yakni memperkuat pujian dengan sesuatu yang menyerupai celaan. Badi' ini
terbagi menjadi dua :
a)
Mengecualikan sifat pujian dari celaan yang
dinafyikan
b)
Mengecualikan sifat pujian yang ditetapkan
sebelumnya
10. تأكيد المدح بما يشبه الذم Ta'kidul
aalmadhi bima yusybihu adzammi yaitu memperkuat celaan dengan mneyerupai
pujian. Badi' ini terbagi dua :
a)
Mengecualikan sifat celaan dari sifat pujian yang
dinafyikan
b)
Mengecualikan sifat celaan dari celaan yang
ditetapkan
11. حسن التعليل husnu At-ta'lil yaitu
seorang sastrwan mengingkari alasan bagi suatu hukum yang sudah masyhur baik
secar tegas maupun tidak, kemudian mendatangkan alasan lain yang bagus dan lucu
karena mengandung kelembutan dan kejelian pemikiran.
12. تجاهل العارف tajahula ala'rif
yaitu
سؤال المتكلم
عمّا يعلمه حقيقة تجاهلا لنكته
Pertanyaan si mutakallim tentang suatu yang
sebetulnya dia ketahui karena pura-pura untuk stau tujuan
13. المشاكلة almusyakalah
أن يذكر الشيئ
بلفظ غيره لوقوعه بصحبة
Menyebutkan sesuatu dengan lafazh lain karena
terjadinya bersamaan
14. العكس Al-'Aksu yaitu :
أن يقدّم في الكلام جزءا ثمّ نعكس بأن تقدّم ما أخرت وتؤخّر
ما قدّمت
Bahwasannya
kmu mendatangkan satu bagian kalam kemudian mengembalikannya, yakni dengan
jalan mendahulukan yang kamu akhirkan dan mengakhirkan apa yang kamu dahulukan.
15. الأسلوب الحكيم uslubul hakim yaitu :
تلقي المخاطب بغيرما يترقبه
Bahwasannya si mukhotob mendapatkan selain apa
ynag ditunggu-tunggunya
Adapun
dalam kitab Albalaghotu Alwadihah di jelaskan lebih spesifik, yakni pokok
bahasan محسّنات
المعنوية hal 263
yaitu :
1-
التورية : أن يذكر المتكلم لفظا مفردا له معنيان قريب ظاهر
غير مراد وبعيد خفي هو المراد
2-
المقابلة : أن يؤتى بمعنيين أوأكثر ثمّ يؤتى بمايقابل ذلك
على الترتيب
3-
حسن التعليل : أن ينكر الأديب صراحة أو ضمنا علة الشيئ
المعروفة و يأتى بعلّة أدبيّة طريفة تناسب الغرض الذى يقصد إليه
4-
تأكيد المدح بمايشبه الذم وعكسه
تأكيد المدح بمايشبه الذم:
أ-
أن يستسنى من صفة ذم منقية صفة مدح
ب-
أن يثبت لشيئ صفة مدح, ويؤتى بعدها بأداة استئنا تلبيها صفة
مدح أخرى
تأكيد الذم بمايشبه المدح:
أ-
أن يستسنى من صفة مدح منقية صفة ذم
ب-
أن يثبت لشيئ صفة ذم, ويؤتى بعدها بأداة استئنا تلبيها صفة
ذم أخرى
5-
أسلوب الحكيم : تلقى المخاطب بعير مايترقبه إمّا بترك سؤاله
والإجابة عن سؤال لم يسأله, وإمّا بحمل كلامه على ماكان يقصد, إشارة إلى أنّه كان
ينبغي له أن يسأل هذا السؤال أو يقصد هذا المعنى.